24 May 2025
Top News
Loading...
13 April, 2019
Selada, Tantangan di Musim Penghujan

Selada, Tantangan di Musim Penghujan

Budidaya Selada
Karokab, Selada merupakan jenis sayuran yang biasa di konsumsi masyarakat sebagai Salad pada bagian daunnya. Dengan cita rasa yang khas, tak heran jika selada merupakan jenis sayuran favorit yang memiliki penggemar dikalangan bawah sampai elit. Dibalik itu, ternyata budidaya selada memiliki keahlian khusus bagi petani, terutama dikala musim penghujan tiba.

Jika musim penghujan tiba, selada sangat gampang terkena jamur, yang berakibat pada busuk daun hingga menyebabkan gagal panen. Namun dibalik itu petani selada umumnya lebih menginginkan musim penghujan karena dibarengi dengan kenaikan harga yang signifikan. Budidaya selada relatif singkat,  hanya butuh waktu 40 hari.

"Dengan 10 gram benih selada seharga Rp.60.000 dapat ditanam di areal seluas 1000-1200 Meter persegi, dengan hasil sekitar 1,5- 1,7 Ton dengan perawatan maksimal. Biaya budidaya dengan areal seluas itu sekitar 3,5-4 juta.  Dengan harga jual Rp.4000 saja sudah lumayan. Apalagi saat musim penghujan biasa harga selada tembus 2 atau 4 kali lipat ", ujar Rukurita br Ginting, seorang petani selada di Berastagi

Ditambahkannya, untuk mengatasi musim penghujan biasa petani mengantisipasinya dengan membangun Green House sederhana di areal budidaya selada.

Pantauan kami di pasar Trasnsit Holtikultura "Pajak Roga" Berastagi, saat ini harga selada tembus diangka Rp.15.000 perkilonya, Kamis (11/4-2019). Hal ini disebabkan oleh langkanya selada yang ada dipasaran. Seperti penuturan Rahmad seorang pembeli dari Lambaro,  Aceh, biasa disebabkan karena saat ini Berastagi sebagai sentra budidaya selada memasuki musim penghujan.

"Biasa itu bang, kalau musim hujan gini jarang ada selada, banyak yang rusak". ujarnya.
Ditambahkan, "Mau tidak mau harus di beli juga walau mahal.  Kalau untung biasanya tipis, kadang harus jual modal juga. Ya gak papa lah, yang penting langganan kita di Aceh gak  kecewa", Ujarnya.


03 Maret, 2019
Kabupaten Karo Ekspor  50,2 Ton Sayur Kol Ke Malaysia

Kabupaten Karo Ekspor 50,2 Ton Sayur Kol Ke Malaysia

Gubernur Sumatera Utara lepas sayur kol  di  Desa Lambar
Kec.Tiga Panah Kabupaten Karo Kamis (28/2-2019)
Karokab-Karo, Sayur kol asal Tanah Karo sudah menjadi primadona di negara Malaysia sejak dekade 50an. Awal tahun 2019 ini, Kabupaten Karo ekspor 50,2 Ton sayur kol ke Malaysia, Kamis (28/2-2019). Pelepasan ekspor sayur kol ini dilakukan oleh Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi di Desa Lambar Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, didampingi Bupati Karo Terkelin Berahmana.

Dalam pelepasan itu Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi berharap agar berbagai produk holtikultura asal Kabupaten Karo lainnya dapat memasuki pasar internasional.

"Kedepan, produk sayuran seperti  kentang, tomat jeruk dan lainnya dapat diekspor juga. Saya datang kemari bukan hanya untuk melakukan pelepasan. Tapi apa sebenarnya kendala yang dihadapi petani dan pengusaha sehingga produk lainnya belum bisa di ekspor", ujar gubsu.

Sementara itu Kepala Badan Karantina Pertanian Kementrian Pertanian, Ali Jamil, mengatakan ekspor kol asal Tanah Karo sejak dua tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh erupsi Gunung Sinabung dan semakin ketatnya standart keamanan pangan di negara-negara tujuan seperti, Jepang, Taiwan, Singapura dan Korea Selatan.

Untuk mengatasi hal itu, Kementrian Pertanian melalui Badan Karantia Pertanian (Barantan) telah melakukan pendampingan bagi para eksportir di awal 2019 agar dapat memenuhi persyaratan ekspor. Pendampingan yang dilakukan mulai dari penanaman, penanganan pasca panen sampai pengangkutan.

"Penerapan inline ispection mudah-mudahan dapat menjadi solusi untuk kembali meningkatkan volume ekspor produk sayuran asal Tanah Karo," katanya.


27 Januari, 2019
 Harga Kol  di Tanah Karo Anjlok, Petani Merugi

Harga Kol di Tanah Karo Anjlok, Petani Merugi

Harga Kol di Tanah Karo, Rp 900/Kg
Karokab,  Harga Kol Tanah Karo Anjlok, per kilo nya hanya dihargai Rp.300/Kg di tingkatan petani di ladang.  Untuk harga ditingkatan petani di pasar, harga jual mencapai Rp.900/Kg. Menurut para pedagang  di pasar transit Pajak Roga Berastagi, rendahnya harga tersebut dipicu pengiriman ke luar daerah seperti Jawa, Batam, Padang dan Palembang bahkan ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura di stop.

"Enggak masuk kirim ke Jawa bang, kol banyak, turun lah harga", ujar Tarigan pedagang di Pajak Roga. Ditambahkannya, tingginya nilai jual kol/kubis pertengahan tahun lalu menarik minat petani di seputaran Tanah Karo menanam kol. Seperti di ketahui, Agustus-September 2018 yang lalu, harga kol kisaran Rp.5000-Rp.6000/Kg. Sementara untuk harga di ladang pembeli  mematok harga Rp.3500- Rp.4000/Kg.

Di lain tempat para exportir sayur mayur dan pedagang lintas propinsi membenarkan adanya penurunan harga jual holtikultura jenis kol. Walau demikian masih ada sedikit kiriman dari Tanah Karo. Untuk kebutuhan di Jawa (Jakarta), pasokan kol dari Medan yaitu Tanah Karo, Simalungun, Humbang dan Tapanuli Utara dan Dairi sekitar 30% sementara kol dari Padang dan Palembang sekitar 20%, sisanya kol yang datang dari daerah-daerah di Jawa.

"Saat ini  pengiriman kol ke luar daerah seperti Jakarta memang dikurangi, karena pasokan kol dari berbagai daerah di Pulau Jawa ke Jakarta besar. Semua memang sedang panen raya, Jawa, Padang, Palembang  dan Lampung", ujar Ginting pengirim Holtikultura lintas propinsi. 

Sementara untuk pengiriman ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura drastis menurun. Hal itu diutarakan James Tarigan, Exportir sayur mayur dari Tanah Karo. Menurutnya pangsa pasar di sana tidak seperti dulu lagi, mungkin tinggal 5- 10% saja. "Saat ini pasar disana sudah dikuasai Cina, Taiwan dan beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Mnyanmar. Kita sudah kalah saing kwalitas dan harga", paparnya.
Terkait adanya permintaan yang tinggi disana dan kenaikan harga kol seperti pertengahan tahun lalu, James mengatakan, itu dipicu adanya bencana angin kencang di Taiwan, jadi pasokan dari Taiwan drastis menurun,ditambah diberbagai daerah sentra holtikultura di Jawa, Padang dan Palembang pasokan kol minim, ujar James.
10 Maret, 2017
Aktivis Karo Kritisi Peredaran Pupuk Organik Bersubsidi

Aktivis Karo Kritisi Peredaran Pupuk Organik Bersubsidi

Berat Pupuk Organik Subsidi Berkurang
Karokab, Karo - Pasca di temukannya pupuk organik bersubsidi yang tidak sesuai dengan ketentuan banyak beredar di masyarakat menjadi bukti lemahnya pengawasan dan pemantauan peredaran pupuk organik bersubsidi di Kab.Karo.  Hal tersebut dikatakan aktivis muda Karo Andreas R Bangun,SE  di desa Jandi Meriah. Ia merujuk Permentan N0 60/permentan/SR.310/12/2016, tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2016.  Pemerintah dalam hal ini Pemprov Sumatera Utara berkewajiban melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk di setiap kabupaten/kota di Sumatera Utara.Untuk itu, "setiap distributor yang membandel secepatnya harus ditindak tegas, agar kerugian petani dapat dihindari", ujarnya

Di tempat berbeda Hendra Gunawan Tarigan, S.Si, merujuk PP no7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan pengawasan pestisida maka "sudah seharusnya Pemprovsu melalui KPP hendaknya rutin melakukan pengawasan hingga ke tingkatan konsumen", ujarnya. Apa yang digadang-gadang pemprovsu sebagai Sumut Paten, tak kan bisa terwujud jika petaninya tidak paten, demikian aktivis HMKI tersebut mengakhiri tanggapannya. 

Sementara itu Pemuda dan Mahasiswa Karo di Medan, mendesak Kepolisian agar segera mengusut tuntas tanpa pandang bulu terhadap oknum-oknum yang terlibat dalam peredaran pupuk organik bersubsidi yang bermasalah tersebut. Mereka mensinyalir adanya oknum-oknum instansi tertentu yang ikut bermain, sehingga hal tersebut bisa berjalan mulus sejak sekian lama. 

Pihak PolresKaro sendiri telah melakukan penyisiran ke kios-kios pupuk penjual pupuk organik tersebut, bahkan menurut Kanit Tipiter Polres Karo, Aiptu Antonius Ginting mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dan saksi-saksinya. Polres Karo juga telah melakukan pemeriksaan terhadap Distributor dan pihak managemen Pupuk Iskandar Muda, sebagai penyalur dan produsen pupuk organik bermasalah tersebut.

Permasalahan ini bermula dari Laporan Jefrison Ginting, petani sayur mayur asal desa Singa dan Natanael Tarigan petani asal desa Tiga Panah yang menemukan pupuk organik bersubsidi yang beratnya tidak sesuai dengan keterangan di kemasan. Dimana seharusnya berat per zak nya seharusnya 40 kg, namun saat di timbang ulang mengalami penyusutan sekitar 5 sampai 7 kg per zak nya.

Laporan tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh Polres Karo dan menerbitkan Surat Tanda Penerimaan Laporan, nomor :STPL/186/III/2017/SU/Res.Tanah Karo,atas nama Jefrison Ginting dan STPL/185/III/2017/SU/Res.Tanah Karo, atas nama natanael Tarigan, tertanggal 1 maret 2017. tentang Perlindungan Konsumen. (*)

14 April, 2012
Chili cultivation in Karo Land

Chili cultivation in Karo Land

chili in karo land
chili
Rumahbalai-Artikel Currently a lot of pepper plants in the encounter in Berastagi, Kabanjahe, Tiga Nderket, Batukarang,  and other areas. In Berastagi chili cultivation is also used as a tourist attraction. That's the reason why Berastagi ciyt  tour

 To produce quality chillies, required the breeding and proper care at the time of cultivation. Some things to note on the cultivation of pepper, so as not to suffer losses as follows:

A. The selection of suitable land. Pepper plants grown in an area suitable sunlit 10-12 hours per day, has a temperature of 24-28 ° C, humidity 80% and have a suitable ground grew sandy clay that contains lots of nutrients, and has a pH between 6 and 7.

2. Appropriate planting season. If the price of chili is down, you should replace it with another plant. This is to prevent losses due to the falling prices, while supply is abundant chillies.

3. Choose the type of chili that many consumers demand, but prices are not too expensive seeds. With so production costs can also be suppressed, so as not to lose.

4. The latter is the appropriate treatment. Pesticide spraying liquid with a dose of 0.5 to 1 gram / liter to the soil before the seeds are planted, is to prevent the attack of fungi and other pathogens. Additionally after 10 days of planting, add fertilizer once a week. And do alternating with pesticide.

If treatment is given for a maximum of chilli cultivation process takes place, then the chances of a successful profitable business you can enjoy chili. So information about the business potential of chilli cultivation, may be useful and inspire businesses in your area.
Back To Top