Top News
Loading...
23 Agustus, 2022

Kritik Sosial Judi Dalam Sastra Karo

Dongeng Cincin Pinta-Pinta Kritik Sosial Terhadap Judi Dalam Sastra Karo 

Cincin Pinta-Pinta adalah satu cerita sastra karo yang memuat kritik sosial terhadap judi pada masyarakat Karo. Cerita ini berlatar situasi masyarakat Karo zaman dulu. Dimana dalam cerita ini mengambil tema, judi merupakan Penyakit yang hanya akan menimbulkan kesengsaraan keluarga.  

Resume Sastra Karo "Cincin Pinta-Pinta"

Cerita diawali dengan nama, "Pulu Juma Raja" dalam cerita ini, disebutkan seorang yang gemar berjudi. Pulu Jumaraja berhasil menumpuk kekayaan dari hasil bermain judi. Sayangnya walau memiliki harta yang banyak dan di karunia istri yang cantik ia tak kunjung juga memiliki anak. Ini membuat ia gusar. Namun ini tak berlangsung lama. Diceritakan, suatu ketika istrinya bermimpi dia akan dikarunia seorang anak perempuan yang cantik. Tak berselang lama setelah ia mendapat mimpi tersebut, mimpinya pun menjadi kenyataan. Ia kemudian dikarunia seorang anak perempuan yang cantik dan rupawan. Kebahagian pun semakin terlihat dalam keluarga "Pulu Juma Raja " tersebut.

Ilustrasi Cincin pinta
Cincin-Pinta-Pinta

Hari berlanjut si anak pun sudah semakin bertumbuh pula. Kebiasaan berjudi "Pulu Jumaraja" pun tetap berlanjut. Tapi sepertinya keberuntungan tidak lagi berpihak kepadanya. Kerap ia kalah berjudi sehingga meninggalkan hutang dimana-mana. Kekayaan pun sudah ludes menutupi utang judinya. Kebahagiaan yang selama ini ada sirna sudah, hingga ia kemudian jatuh miskin dan terusir dari kerajaannya.

Saat seperti itu ia kadang berpikir bagaimana bisa seperti itu. Ia teringat akan anak perempuannya. Sebelum anak itu lahir ia selalu menang dalam berjudi, hingga ia mampu membangun sebuah kerajaan dari hasil kemenanggannya berjudi. Namun setelah kelahiran anak tersebut, sedikit demi sedikit hartanya ludes karena ia selalu kalah dalam berjudi. Ia menyimpulkan penyebab kehancurannya nya adalah  karena anak perempuannya.

Suatu ketika ia pun membawa keluarganya jauh meninggalkan kampung halamannya. Kampung demi kampung, hutan demi hutan ia lintasi hingga suatu saat ia kemudian sampai di suatu  hutan rimba yang belum pernah di jamah oleh manusia. Ia pun kemudian menetap disana bersama keluarganya. Suatu kesempatan ia bermantap hati meninggalkan anak dan istrinya di sana. Dalam malam, ia kemudian meninggalkan anak dan istrinya yang sedang tertidur.

Hingga  pagi tiba mereka masih belum menyadari kepergian pulu juma raja. Mereka hanya berpikir kalau Pulu Juma Raja hanya mencari makanan seperti yang dilakukannya setiap pagi.  Namun malam berhanti malam hari berganti hari, Pulu Juma Raja belum kunjung tiba, hingga istrinya pun tersadar kalau suaminya sudah pergi meninggalkan mereka disana.Hingga suatu saat ia pun kemudian meninggalkan anak nya sendiri di tengah hutan itu pula.

Si anak hanya bisa meratapi kepergian kedua orang tuanya. Siang malam ia menangis tersedu sedu mencari ibunya. Suatu saat ia kemudian menemukan pakaian ibunya yang tersangkut di batang kayu besar. Pada pakaian tersebut tersimpan ibunya yang tinggal  tulang belulang saja. Ia terus menangis meratap kematian ibunya. Kesana kemari dalam hutan rimba itu hingga ia kemudian tiba di depan mulut sebuah gua. Sambil menangis ia pun menyusuri gua itu hingga jauh kedalam. Tiba-tiba ia terkejut melihat seekor ular yang besar  dengan mulut mengaga di depannya. Saking besarnya ular, seekor pun bisa ditelannya hidup-hidup. Dalam kesedihaan dan keputusasaan, ia menawrkan dirinya untuk dimakan oleh ular tersebut sambil menjulurkan tangannya kedalam mulut ular itu. Sayangnya dia tidak dimakan oleh ular itu, namun ketika tangannya di tarik di jarinya telah terselip sebuah cincin. Si ular pun kemudian memberitahu bahwa cincin itu adalah cincin pinta-pinta. Apa yang diminta akan terpenuhi demikian ular itu berbicara sambil berlalu pergi.

Suatu ketika seorang pemburu pun tiba pula di tempat itu. Ia membawa banyak bekal dan meletakkannya disana, dan ia pergi pula untuk memulai perburuannya. Sementara di dalam gua si anak pulu juma raja pun mencoba keampuhan dari cincin pinta pinta tersebut. Ia kemudian berdoa agar ia bisa mendapatkan makanan. Setelah berdoa ia kemudian keluar dari gua itu. Betapa terkejutnya dia, di depan pintu keluar ia menemukan banyak sekali makanan. Ia kemudian membawa makanan itu kedalam gua tempat ia selama ini tinggal. Sementara di mulut gua, pemburu terkejut karena bekalnya hilang semua. Hari berlanjut bulan berganti si pemburu terheran-heran, karena setiap kali ia meletakkan bekalnya disana, bekalnya selalu hilang. Sementara disana tidak ada manusia selain dirinya.
 
Suatu ketika anak pulu juma raja hendak keluar gua utuk mengambil air. Ketika keluar betapa terkejutnya dia melihat ada pemburu disana, demikian juga dengan si pemburu lebih terkejut lagi. Anak Pulu Juma Raja pun bercerita tentang dirinya. Singkat cerita mereka pun akhirnya meninggalkan gua itu menuju kampung si pemburu. Disana dia tinggal untuk beberapa waktu hingga ia dinikahi oleh si pemburu itu. Tapi ada keanehan yang dirasa oleh penduduk desa. Anak tersebut sepertinya tidak asing, sesama penduduk kemudian berbisik bisik bahwa anak tersebut mirip dengan istri Pulu Juma Raja yang terkenal sangat cantik. Mendengar desas desus itu, Anak Pulu Juma Raja pun kemudian menceritakan kepada penduduk kampung siapa dia sebenarnya. Mendengar kisah Anak Pulu Juma Raja tersebut maka penduduk kampung itu pun membuat peraturan bahwa segala bentuk perjudian dilarang di desa itu. Karena permainan judi hanya akan menyengsarakan keluarga.

Demikian sedikit kisah Sastra Lisan Karo yang berjudul Cincin Pinta Pinta.



Back To Top