Harga Kol di Tanah Karo Anjlok, Petani Merugi
Harga Kol di Tanah Karo, Rp 900/Kg |
"Enggak masuk kirim ke Jawa bang, kol banyak, turun lah harga", ujar Tarigan pedagang di Pajak Roga. Ditambahkannya, tingginya nilai jual kol/kubis pertengahan tahun lalu menarik minat petani di seputaran Tanah Karo menanam kol. Seperti di ketahui, Agustus-September 2018 yang lalu, harga kol kisaran Rp.5000-Rp.6000/Kg. Sementara untuk harga di ladang pembeli mematok harga Rp.3500- Rp.4000/Kg.
Di lain tempat para exportir sayur mayur dan pedagang lintas propinsi membenarkan adanya penurunan harga jual holtikultura jenis kol. Walau demikian masih ada sedikit kiriman dari Tanah Karo. Untuk kebutuhan di Jawa (Jakarta), pasokan kol dari Medan yaitu Tanah Karo, Simalungun, Humbang dan Tapanuli Utara dan Dairi sekitar 30% sementara kol dari Padang dan Palembang sekitar 20%, sisanya kol yang datang dari daerah-daerah di Jawa.
"Saat ini pengiriman kol ke luar daerah seperti Jakarta memang dikurangi, karena pasokan kol dari berbagai daerah di Pulau Jawa ke Jakarta besar. Semua memang sedang panen raya, Jawa, Padang, Palembang dan Lampung", ujar Ginting pengirim Holtikultura lintas propinsi.
Sementara untuk pengiriman ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura drastis menurun. Hal itu diutarakan James Tarigan, Exportir sayur mayur dari Tanah Karo. Menurutnya pangsa pasar di sana tidak seperti dulu lagi, mungkin tinggal 5- 10% saja. "Saat ini pasar disana sudah dikuasai Cina, Taiwan dan beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Mnyanmar. Kita sudah kalah saing kwalitas dan harga", paparnya.
Terkait adanya permintaan yang tinggi disana dan kenaikan harga kol seperti pertengahan tahun lalu, James mengatakan, itu dipicu adanya bencana angin kencang di Taiwan, jadi pasokan dari Taiwan drastis menurun,ditambah diberbagai daerah sentra holtikultura di Jawa, Padang dan Palembang pasokan kol minim, ujar James.