9 May 2025
Top News
Loading...
15 April, 2018
Adat Batak : Merga (Marga) Pada Suku Karo

Adat Batak : Merga (Marga) Pada Suku Karo

Bulang bulang dan Tudung Penutup Kepala Dalam Pakaian Adat Karo
Dalam masyarakat Batak dikenal istilah Marga. Marga ini yang menentukan posisi, kedudukan, hak dan tanggung jawab seorang individu dengan individu lainnya dalam masyarakat Batak itu sendiri. Demikian pula dengan Suku Karo,  biasa juga disebut dengan "Batak Karo, Merga (marga) tidak saja berupa identitas pengenal, nama keluarga (keturunan) tetapi merga memiliki peran lebih, dalam dinamika proses sosial seperti, musyawarah  pengambilan keputusan dan masalah otoritas publik.

Dalam masyarakat Karo dikenal lima marga, disebut dengan Merga Silima, yaitu Karo-Karo, Ginting, Perangin -angin, Tarigan dan Sembiring. Masing masing dari merga ini masih terbagi dalam beberapa sub marga. Merga dalam Suku Karo bukanlah menunjukkan asal keturunan. Marga merupakan pengelompokan dari beberapa sub marga, yang mana tidak semua sub marga tersebut memiliki sejarah asal yang sama dan tidak memiliki keterkaitan  genetik yang sama. Sesama anggota yang semarga merupakan saudara dalam kehidupan sosialnya. Sesama anggota berjenis kelamin sama dipanggil "Senina" dan  yang berbeda jenis disebut dengan "Turang". Secara sosial mereka adalah saudara jauh yang sebaya.

Keanggotaan merga ini diwariskan patrilineal, sehingga anak-anak memiliki merga yang sama dengan ayahnya. Meskipun demikian marga ibunya tetap memiliki peran penting dalam sistim kekerabatan strukturalnya. Marga ibu disebut dengan "bere-bere atau bebere. Dengan demikian suku Karo tidak menganut sistim patrilineal murni. Seorang wanita yang sudah menikah, menjadi milik marga suaminya dengan tetap mempertahankan marga asalnya (ayahnya). Untuk wanita marga disebut "Beru" yang dalam penulisan biasa disingkat "br". Walaupun marga tidak menunjukkan adanya sejarah silsilah keturunan, namun adat tidak memperbolehkan pernikahan dalam satu marga. Oleh karenanya masyarakat Karo menganut sistim pernikahan eksogami. 


Dalam berkenalan, masyarakat Karo akan mencari tahu hubungan  kekerabatan timbal balik mereka dengan istilah "Ertutur".  Ertutur  dalam pengertian sederhana merupakan verifikasi marga, keturunan dan merga dari ibunya. Dengan ertutur maka orang tersebut dapat dengan mudah menentukan posisi, kedudukan, hak dan tanggung jawabnya dalam kehidupan masyarakat dan adat. Dengan ertutur juga seseorang dapat menemukan panggilan yang tepat secara timbal balik sesuai dengan  usia, posisi, dan status keluarga (menikah/lajang, anak-anak, dewasa dan sebagainya).



24 Desember, 2017
Media Sosial Sebagai Ekspresi Kekinian

Media Sosial Sebagai Ekspresi Kekinian

Oleh: Dra. Ihsanira Dhevina E, M.A*

media sosial
Terasa sudah komunikasi sebagai bagian dari kebutuhan hidup manusiaKeperluan untuk berkomunikasi seakan tak pernah surut, pergerakan arus pesan dan informasi terus dilakukan oleh siapa saja, dimana saja serta kapan saja. Artinya, kegiatan inilah yang semakin mewarnai kehidupan manusia dan tampak sebagai kebutuhan yang tak dapat ditunda. Adanya smartphones  memungkinkan manusia di era ini sangat mudah memperoleh informasi dan informasi terus menerus menembus waktu kehidupan manusia.

Di era digital saat ini, pemakaian komputer dan smartphones  memiliki andil besar dalam mendorong terjadinya proses komunikasi. Proses komunikasi melalui telepon genggam saat inipun tidak lagi mengandalkan pengiriman pesan singkat seperti yang biasa dikenal dengan sebutan SMS (short message service) namun telah berkembang  ke banyak alternatif lain seperti melalui Whatsapp, path, line dan sebagainya.

Selain itu, berkembang pula metode komunikasi penyampaian pesan yang memiliki jangkauan lebih luas lagi yaitu facebook, twitter, you tube, instagram, blog yang kesemuanya memiliki karakteristik keunikan sendiri-sendiri sebagai media penyampai pesan. Namun , kesemuanya memiliki kesamaan dalam menjangkau audience dalam jumlah yang cukup besar. Kemampuan dalam jangkauan pengguna dan audience yang teramat luas inilah yang dikenal sebagai media sosial. Laluapakah yang dimaksud dengan media sosial?

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam jurnal Business Horizons (2010) mendefinisikan media sosialsebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun Web 2.0 ideologi dan teknologi, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran pesan diantara pengguna.(Social Media is a group of Internet-based applications that build on the ideological and technological foundations of Web 2.0, and that allow the creation and exchange of User Generated Content). Keunikan media sosial bukan hanya sebagai aplikasi berbagi pesan dalam tulisan, namun juga kemudahan berbagi foto atau video lewat berbagai jejaring sosial lainnya dan setiap penggunadapat saling memberi respon atau tanggapan.


Dari berbagai survei, pengguna aplikasilayananjejaringsosialtersebutdiseluruh dunia mencapai jumlah ratusan juta pengguna. Data menunjukkan, Asia merupakan kawasan dengan jumlah pengguna internet terbesar.

Sebagai gambaran dan bukan hal yang biasa tentunya, dengan populasi 250 juta,pengguna internet di Indonesia hingga Maret 2017 telah mencapai sejumlah 132,700,000 pengguna dengan tingkat penetrasi sebesar 50,4% dari jumlah penduduk. Indonesia juga menempati jumlah pengguna terbesar di kawasan ASEAN(http://www.internetworldstats.com).

Cukup menarik, Indonesia merupakan pengguna twitter terbanyak ketiga di dunia. umumnya pengguna  teknologi komunikasi ini tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk menyampaikan pendapat terkait dengan isu tertentu. Pengguna media sosial  (netizen) twitterdi Indonesia termasuk cukup aktif dalam menyampaikan komentar.Sebuah survey baru-baru ini terhadap pengguna internet di Indonesia menemukan bahwa 95% adalah  untuk beraktivitas di sosial media, 74% untuk berkirim pesan, 65% membaca peta dan 61% untuk  bisnis (www.mastel.id).

Terjadinya proses komunikasi dua arah antara pengirim dan penerima pesan tanpa batasan waktu dan tempat telah dimungkinkan oleh adanya media sosial. Inilah bentuk masyarakat di era informasi yang dikenal dengan istilah masyarakat digital. Masyarakat digital (digital society) adalah realitas hidup di abad 21, dan Indonesia adalah contoh bagaimana komunitas digital mengubah banyak sektor dalam kehidupan.

Kecanggihan teknologi informasi yang ditandai dengan semakin luasnya penggunaan sosial media telah mempermudah pernyataan perasaan, pikiran dan pendapat seseorang. Segala keunggulan media sosial untuk mengakses dan menyebarkan informasi secara cepat, ternyata memiliki peluang bagi adanya penggunaan media sosial sebagai penyebar segala informasi baik yang menyenangkan maupun yang  berpotensi menimbulkan keresahan.Di era kekinian, semua pengguna sangat diharapkan untuk mempersiapkan diri dalam membentuk karakter pribadi kekinian yang sesuai dengan karakter pribadi masyarakat digital.

Disinilah pengguna perlu memiliki kecanggihan dalam mengelola perasaan, pikiran dan tindakan dalam bermedia sosial. Singkat kata, pengguna media sosial harus memiliki kecerdasan dalam menyampaikan suatu informasi, bijak, dan kritis serta berhati-hati dalam menyikapi segala informasi yang ada serta yang paling utama adalah mengutamakan etika dalam menyampaikan pesan, termasuk dalam pemilihan kata yang baik maupun kesantunan dalam gaya penyampaian.

Berlakunya UU No. 11 Tahun 2008 yang telah diubah menjadi UU No.19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan pedoman yang bermanfaat bagi pengguna media sosial.Selain itu, Majelis Ulama Indonesia juga mengeluarkan fatwa No. 24 tahun 2017 tentangHukumdanPedomanBermuamalahMelalui Media Sosial,yang berisi larangan menyebarkan konten media sosial yang berisi informasi tidak benar dan mengarah pada upaya penyebaran kebencian di tengahmasyarakat.

Masyarakat yang cerdas bermedia sosial adalah ciri dari masyarakat digital, yaitu masyarakat yang tidak hanya mampu menggunakan media sosial namun juga mampu meraih manfaat tertinggi dari kemajuan teknologi informasi sebagai sarana untukmemperluas wawasan, pengetahuan dan meningkatkan kepercayaan diri, semangat bersaing sehat sekaligus menjaga keharmonisan dan martabat setiap individu di dalamnya.

Masyarakat digital adalah masa depan Indonesia. Ditangan kita, karakter Indonesia di masa depan akan terbentuk dan ditangan kita pula Indonesia di masa depan mampu tampil sebagai sosok bangsa terdepan atau sebaliknya. Tentunya kita semua memilih sebagai bangsa terdepan….

*) Widyaiswara Kementerian Sekretariat Negara dengan latar belakang komunikasi, gender, dan hubungan internasional
19 Desember, 2017
TAKA-TAKA ADAT KARO : ULU EMAS RAS SIDEBANNA

TAKA-TAKA ADAT KARO : ULU EMAS RAS SIDEBANNA


Ilustrasi Taka-Taka Adat Karo Singalo Bere-Bere


ADAT ISTIADAT BATAK
TAKA-TAKA PENGALON ADAT KARO


I. ULU EMAS

ULU EMAS BUENA SERI BAGI BATANG UNJUKEN

CARA NAKASA
1.      Pedarat 1/3
Bagin  Kalimbubu Singalo Ciken-Ciken

2.      Seterusna Cara Nakasa Ras Ngelakensa, Seri BagiPengalon Singalo Bere-Bere

II. CIKEN-CIKEN
CARA NAKASA 

CARA NGELAKENSA
1.      Batang
Iberekenna Man Kalimbubuna; Kalimbubu Singalo Perninin, Enda La erbeligan, Artina Belinna Asa Sura-Surana

2.      Sukut Ulu Emas Ras Simulih Ku Sukut

III. BATANG UNJUKEN
Enda Labo Itaka, Enda Khusus Man Pengalon Sukut

IV. RUDANG-RUDANG
Enda Labo Itaka, I Elaken Sembuyakman Kerina Sukut ( Sembuyak ras Senina). Adi La Bias Banci Pindo Man Sukut

V. PERSENINAN/SENINA KURANAN
Enda Pe Labo Itaka. I Peseh Senina Kuranan Man Kerina Sembuyakna Sireh. Enda La erbeligan.  Ertina Bilangenna Bagi Sura-Surana. Ibana Man Bana Sisada.


VI. GAMBER INGET-INGET
Ibereken Pengulu Man Anak Beru Tua Pekepar (Tersetengah). Segelah Anak Beru e Erpengingat kerna pernah nge nai ia ngeranaken perjabun Kalimbubuna E. Segelah kune denggo lit perjentiken ibas Jabu Kalimbubuna e (sierjabu) ia me pepagi lebe ngeranakensa.

VII. PENGULU (KEPALA DESA)
Pengalon Pengulu itaka 3,
2 Bagin Man Kepala Desa Sinereh

1 Bagin Man Kepala Desa Si Empo

Catatan : Kerna Pengalon Taka-Taka Enda, Ngikutken Adat Singalor Lau

19 Desember, 2017
TAKA-TAKA ADAT KARO : PENGALON ANAK BERU

TAKA-TAKA ADAT KARO : PENGALON ANAK BERU


TAKA-TAKA ADAT KARO
Taka-Taka Adat Karo Pengalon Anak Beru


ADAT ISTIADAT BATAK

TAKA TAKA ADAT KARO

PENGALON ANAK BERU
PENGALON ANAK BERU = PENGALON SINGALO PERKEMPUN

Cara Nakasa

A.     ANAK BERU
1.      Pedarat Adat, Perpuluhen Arah Pengalon Anak Beru, ibuat Man Penukur Sekin Si Empo

2.      Pedarat Pengalon Anak Beru Mentri Ras Anak Beru Pengapit
Buena Emekap  1/3 Pengalon Anak Beru.

3.      Ibana Pedarat Luah,  1 Kain Panjang

4.      Ibana Taka 3
Pengalon Anak Beru Tua /Anak Beru Singerana

5.      Ibana Taka 3
Pengalon Anak Beru Cekuh Baka/Anak Beru Cekuh Baka Tutup

6.      Ibana Taka 4
3 Bagin Man Anak Beru Sinterem ; Anak Beru Jabu, Anak Beru Niangkip (Niampu), Anank Beru Siperdemui, Anak Beru Singikuri
1 Bagin Mulih Kujabu  

CARA NGELAKENSA

1.      Anak Beru Tua/Singerana
Ibagiken Anak Beru Singerana Man Anak Beru Tua Si reh, Bagepe Iberekenna Man Anak Beru Singerana Kalimbubuna Sidarat Nari. Buena La erbeligan, Ertina Asa Ukurna Meriah Ase Berekenna. Sisana Man Bana Sisada

2.      Anak Beru Cekuh Baka
I Elaken Merata Man Kerina Anak Beru Cekuh Baka Si reh

3.      Anak Beru Sienterem
I Elaken Anak Beru Cekuh Baka Secara Merata Man Kerina Anak beruh Sireh

4.      Simulih Ku Sukut
I Elaken Sukut Man Kerina Anak Beru Sila Tandai Anak Beru Cekuh Baka. Adi Lenga Serser, I Tambahi Sukut.

B.    Anak Beru Menteri Ras Anak Beru Pengapit

Cara Nakasa
1.      Pedarat Luah, 1 Kain Panjang
2.      Ibana Taka 3
Pengalon Anak Beru Menteri Dareh
3.      Ibana Taka 3
2 Bagin Man Anak Beru Menteri Sinterem
1 Bagin Pengalon Anak Beru Pengapit          


Cara Ngelakensa

I Elaken saja Secara Merata.


Catatan : Taka-Taka Pengalon Adat Karo Enda, Ngikutken  Adat Singalorlau



18 Desember, 2017
TAKA-TAKA ADAT KARO : PERKEMPUN

TAKA-TAKA ADAT KARO : PERKEMPUN

Ilustrasi Pengalon Perkempun



ADAT ISTIADAT BATAK
TAKA TAKA PENGALON ADAT KARO
SINGALO PERKEMPUN

            PERKEMPUN = ½ Arah Bere-Bere
            Cara Nakasa :
1.      Pedarat Luah Adat, Biasana Enda Sada Manuk

2.      Ibana Bagi 10. ( 1 Bagin Man Entah/Mantik)

3.      TAKA I
Man Tulan (Batang Perkempun), Ibana Bagi 3

4.      TAKA II
Man Jukut, Ibana Bagi 3

5.      TAKA III
Man ENTE, Ibana Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga.

6.      Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, I Taka 5
2 Bagin Mulih Ku Tulan ( Batang Perkempun)
3 Bagin Ibagi 4

7.      3 Bagin Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga Ibagi 4
2 Bagin Mulih Ku Kalimbubu Singalo Perkempun (ENTE)
1 Bagin Mulih Ku Kalimbubu Singalo Bere-Bere
1 Bagin Mulih Ku Sukut

8.      Jukut Ibagi 3
2 Bagin Mulih Ku Tulan
1 Bagin Mulih ku Ente


Cara Ngelakensa

1.      Kalimbubu Tua
Pengalon Kalimbubu Tua Enda Ibereken 1/5 Man Kalimbubu Tua Taneh, Ibana I Elaken Kalimbubu Tua Jabu man Kerina Sembuyak Seninana.

2.      Kalimbubu Bena-Bena
Pengalon Kalimbubu Bena-Bena, Emkap Jukut + Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, Em pengela-ngela. Adi Lenga Ser-Ser, Banci Ibuat bas Taka III nari. Ibana Em Pengalon Batang Bena-Bena.

3.      Batang (Tulan)
Pengalon Batang ( Tulan) , Emkap Jukut + Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, Em Pengela-ela. Adi Lenga Ser-Ser, Banci Ibuat Bas Tulan Nari. Tulan enda Banci I Kis-Kis. Ibana ( Taka I na) Em Pengalon Batang Bere-Bere.

4.      Simulih Ku Tulan Bere-Bere
I elaken Kalimbubu Singalo Bere-Bere man Kalimbubu Siperdemui Sembuyak,Seninana (Urat)

5.      Simulih Ku Sukut

I elaken Man Kerina Kalimbubu Si Perdemui, Senina, Sembuyak, entah pe Kalimbubu Simaba Ose (URAT). Adi Lenga Tumbuk Sukut Nambahisa.

Catatan : Kerna Pengalon Taka-Taka Enda, Ngikutken Adat Singalor Lau


18 Desember, 2017
TAKA-TAKA ADAT KARO : SINGALO BERE-BERE

TAKA-TAKA ADAT KARO : SINGALO BERE-BERE


Pakaian Adat Karo

ADAT ISTIADAT BATAK

TAKA-TAKA PENGALON ADAT KARO

SINGALO BERE-BERE

            BERE-BERE = 2/3 Arah Batang Unjuken

            Cara Nakasa:

1.      Pedarat Luah Adat, Biasana Enda Sada Manuk

2.      Ibana Bagi 10 ( 1 Bagin Man Kalimbubu Tua, KAMPAH)

3.      TAKA I
Man Tulan Entah Pe Man Batang,
Ibana Taka Telu.

4.      TAKA II
Man Jukut (Jukut Enda Banci Ilapah, Itambahken Man Sikurang)
Ibana Taka Telu

5.      TAKA III
Man Kalimbubu Bena-Bena
Ibana Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, Enda ibagi 4.

6.      Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga,
2 Bagin Mulih Kutulan
1 Bagin Mulih Ku Kalimbubu Bena-Bena
1 Bagin Mulih Ku Sukut.

7.      Jukut Biasana Enda ibagi 3
2 Bagin Mulih Ku Tulan
1 Bagin Mulih Ku Kalimbubu Bena-Bena.

Cara Ngelakensa
1.      Kalimbubu Tua
Pengalon Kalimbubu Tua Enda Ibereken 1/5 Man Kalimbubu Tua Taneh, Ibana I Elaken Kalimbubu Tua Jabu man Kerina Sembuyak Seninana.

2.      Kalimbubu Bena-Bena
Pengalon Kalimbubu Bena-Bena, Emkap Jukut + Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, Em pengela-ngela. Adi Lenga Ser-Ser, Banci Ibuat bas Taka III nari. Ibana Em Pengalon Batang Bena-Bena.

3.      Batang (Tulan)
Pengalon Batang ( Tulan) , Emkap Jukut + Pengalon Kalimbubu Si 4 Merga, Em Pengela-ela. Adi Lenga Ser-Ser, Banci Ibuat Bas Tulan Nari. Tulan enda Banci I Kis-Kis. Ibana ( Taka I na) Em Pengalon Batang Bere-Bere.

4.      Sikujabu ( SUKUT)

I elaken Man Kerina Kalimbubu Si Perdemui, Senina, Sembuyak, entah pe Kalimbubu Simaba Ose (URAT). Adi Lenga Tumbuk Sukut Nambahisa.
Contoh Kasus bisa dilihat dalam tulisan berjudul Rincian Gantang Tumba Pengalon Kalimbubu Singalo bere-bere.
Catatan : Kerna Pengalon Taka-Taka Enda, Ngikutken Adat Singalor Lau

Bagian 1 : TAKA-TAKA ADAT KARO : BERE-BERE
Bagian 2 : TAKA-TAKA ADAT KARO : PERKEMPUN
Bagian 3 : TAKA-TAKA ADAT KARO : PERNININ
Bagian 4 : TAKA-TAKA ADAT KARO : PENGALON ANAK BERU
Bagian 5 : TAKA-TAKA ADAT KARO : ULU EMAS RAS SIDEBANNA


04 April, 2013
Sekilas Tentang Tanah Karo : Geografis

Sekilas Tentang Tanah Karo : Geografis



Karokab, Artikel -  Karo merupakan  suku asli yang mendiami dataran tinggi Tanah Karo di Sumatera Utara.Yang termasuk wilayah Dataran Tinggi Tanah Karo adalah Kabupaten Karo saat ini yang merupakan pusat dari Kebudayaan Karo.[1] Tanah Tinggi Karo, terletak di hamparan pegunungan Bukit Barisan, bentuknya seperti kuali besar dengan ketinggian 140-1400 m dpl. Di daerah Karo Utara terdapat Gunung Vulkanik, Sinabung dan Gunung Sibayak. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur.

Yang termasuk dalam  wilayah Karo lainnya adalah wilayah Kecamatan Pancur Batu, Sibolangit, Sibiru-Biru, Sunggal dan Gunung Meriah di Kabupaten Deli Serdang yang disebut juga dengan Karo Jahe (Karo Hilir). Kecamatan Salapian, Sei Binge dan Telagah di wilayah Kabupaten Langkat disebut juga Karo Langkat (Karo Binge). Sejak zaman dahulu, Tanah Tinggi Karo dikenal sebagai pengolah hasil hutan, perkebunan lada, jeruk padi dan kapas.[2] Masyarakat di Tanah Tinggi Karo dikenal juga dengan peternak Kuda. Sementara itu di Karo jahe terkenal dengan pekebun lada dan tembakau.[3]

>>Sosial Budaya Masyarakat Karo>>>
[1]Wara Sinuhaji, USU
[2]Karokab.go.id,Tanah Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan  Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, Sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.

[3]Sekilas Perjuangan Garamata, Yayasan Garamata.
01 Oktober, 2012
Tama Ginting Pejuang Yang Terlupakan

Tama Ginting Pejuang Yang Terlupakan

Tama Ginting
Patung Soekarno di Berastagi
Karokab, Tokoh Karo. Tama Ginting, tak banyak yang tahu dengan tokoh Karo satu ini. Sehingga ia hanyalah seorang pejuang yang terlupakan. Berbeda dengan tokoh-tokoh Karo di zamannya, ia lebih cendrung melakukan perlawanan lewat jalur politik. Jasanya dalam menentang penjajah Belanda dan pemerintah pendudukan Jepang, pelaksanaan Revolusi Sosial tak berdarah dan meredam konflik etnis antara Karo dan Tapanuli patut di hargai.
 

Zaman Penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang 

Kedekatannya dengan Ishak Kesuma seorang tokoh pergerakan Nasional, Tama Ginting berhasil mengerakkan rakyat melawan penjajahan Belanda di Tanah Tinggi Karo bersama Pa Tolong Manik dan Keras Surbakti melalui Pendidikan Nasional Indonesia Cabang Tanah Karo sekitar Tahun 1937 di Berastagi, sepuluh tahun setelah pemberontakan rakyat menentang penjajahan Belanda yang digerakkan oleh PKI di kota yang sama.

Dua tahun setelahnya, Belanda berhasil meredam gerakan tersebut dan menangkap Tama Ginting dan memenjarakannya di Kabanjahe. Sementara itu Pa Tolong Manik dan Keras Surbakti dibuang ke Cimahi. Itulah awal perlawanannya yang frontal terhadap penjajah. Penangkapan itu tidak menyurutkan gerakannya melawan penjajah. Malahan ia menggerakkan ribuan rakyat dari Berastagi melakukan demonstrasi kekota Kabanjahe pada tahun 1942, sebagai ucapan terima kasih kepada Jepang yang telah berhasil mengusir Belanda dari Tanah Karo.

Akhir tahun 1942 Tama Ginting, Rakutta Sembiring dan tokoh-tokoh lainnya memberikan latihan kader bagi para pemuda untuk mempersiapkan diri dalam menerima penyerahan kemerdekaan dari Jepang. Para pemuda inilah yang kemudian merapatkan barisan dalam Kyodo Buedan ( Barisan Perlindungan udara Desa).

Sistim monopoli yang diberlakukan Jepang pada saat itu menimbulkan kemelaratan bagi rakyat. Barang kebutuhan hilang di pasaran, perampsan hasil pertanian, busung lapar muncul dimana-mana. Istilah Jepang “Saudara Tua”, ternyata hanya menimbulkan malapetaka. Dalam situasi demikian, Tama Ginting, Rakutta Berahmana, Selamat Ginting dan Bosar Sianipar membentuk Poesra (Poesat Ekonomi Rakyat) di Berastagi yang bertujuan membela ekonomi rakyat dan menghancurkan perekonomian Jepang di Tanah Karo.

Sekembalinya dari Medan mengikuti pertemuan pemuda tanggal 21 September 1945, di Berastagi sebagai kota pergerakan, Tama Ginting mengumpulkan pemuda untuk membentuk Barisan Pemuda Indonesia Cabang Berastagi dan menyampaikan berita Kemerdekaan.

Seputar Revolusi Sosial 

Menyikapi maklumat pemerintah tentang partai-partai politik, ternyata menimbulkan disharmoni dikalangan barisan kelaskaran. Seperti pusat dan daerah lainnya di Indonesia, di Karo juga terkadi pertikaian antar partai politik dan barisan-barisan kelaskarannya.

Ide Tan Malaka untuk membentuk satu kesatuan perjuangan dalam satu komando guna menentang diplomasi Belanda yang ingin kembali menjajah terwujud pada 6 November 1946 di Porwokerto dengan berdirinya Volksfront (persatuan perjuangan). Tama Ginting dipercaya memimpin persatuan perjuangan Tanah Karo yang berkedudukan di Berastagi.
 
 Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Timur tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja Sibayak dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Kaum Bangsawan bekerja sama dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik.

Revolusi Sosial ini di motori oleh Volksfront dengan pimpinan utama Sarwono Sastro Sutardjo, Zainal Baharuddin, M. Saleh Umar, Nathar Zainuddin dan Abdul Xarim MS yang bekerja di balik layar. Laskar yang berperan dalam aksi ini adalah Pesindo, Napindo, Barisan Harimau Liar, Barisan Merah (PKI) dan Hizbullah didukung buruh Jawa dari perkebunan serta kaum tani.

 Di Tanah Karo pimpinan persatuan perjuangan mengadakan rapat di Kabanjahe dan Berastagi untuk melaksanakan Revolusi Sosial agar berjalan tanpa pertumphan darah, karena umumnya Raja-Raja dan sibayak di Tanah Karo tidak melakukan kegiatan anti repoblik.  Pada tanggal 3 Maret 1946, Persatuan perjuangan mengundang seluruh Raja dan Sibayak di Tanah Karo beserta pengikutnya untuk menghadiri pertemuan di Bungalow Sultan Deli di Bukit Gundaling. Seketika itu juga seluruh Raja dan Sibayak yang hadir diberitahukan penahanan atas dirinya. Para sibayak dan Raja urung ini selanjutnya dibawa ke Kota Cane dibawah pengawasan pemerintah Tanah Alas.

April 1946, sepasukan tentara laskar gabungan Pesindo Tanah Karo dan Laskar Aceh Tengah melakukan operasi revolusi sosial di daerah Sidikalang dan Pangururan. Operasi di pangururan ternyata mendapat hambatan, sepasukan tentara yang mayoritas warga Karo tersebut di tangkap dan ditahan di Balige. Sejalan dengan hal itu muncul isu bahwa kedatangan pasukan gabungan itu bukanlah usaha untuk melakukan revolusi sosial namun untuk menjajah. Isu ini cepat tersiar dan menimbulkan konflik antar suku.

Segerombolan orang-orang mendatangi kampong-kampung yang didiami oleh suku Karo dan Pakpak, membunuh dan membakar rumahnya. Kejadian perang suku ini berlangsung selama sebulan. Untuk menyelesaikan konflik ini, Gubernur Sumatera mengutus Tama Ginting dan Saleh Umar untuk menghubungi pengetua dari kedua pihak yang bertikai guna mengambil jalan damai. Demikianlah upaya perdamaian dari konflik dapat terlaksana.

Penutup

Demikianlah sekelumit sepak terjang Tama Ginting di Tanah Karo dalam pergerakannya melawan penjajah Belanda dan Jepang, Revolusi Sosial dan pembetukan pemerintahan Karo yang berkedaulatan Rakyat seperti cita-cita proklamasi 17-8-1945. Di Tanah Karo, tokoh-tokoh seperti Rakutta Brahmana, Ngerajai Milala, Nerus Ginting Suka, Tama Ginting dan lainnya tak pernah dihargai.

Ironisnya mereka bahkan seolah disingkirkan dari sejarah perjalanan bangsa ini. Mereka bukanlah pejuang yang angkat senjata dalam pergerakan kemerdekaan, namun buah pikir dan karya mereka patut  dihargai dan disejajarkan dengan tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan di Tanah Karo lainnya, sebagai khazanah bunga rampai sejarah kemerdekaan Republik Indonesia di Tanah Karo.
11 September, 2012
Sekilas Tanah Karo : Merga Silima

Sekilas Tanah Karo : Merga Silima

Merga Silima, Adat Tutur Karo
Karokab, Artikel.  Dalam kekerabatan Suku Karo atau yang biasa juga disebut Batak Karo dikenal istilah Merga. Marga (merga) dalam masyarakat Karo berfungsi sebagai tanda pengenal kelompok, garis keturunan dan sejarah tempat tinggal. Merga di dapat dari garis keturunan bapak (patrialis).  Di dalam masyarakat Karo terdapat 5 marga induk yang dikenal dengan Merga Silima. Masing masing merga induk ini memiliki sub merga. Merga biasanya digunakan sebagai julukan untuk laki-laki, sementara untuk kaum perempuan dinamakan beru. 
Sesuai dengan hasil Kongres Kebudayaan Karo 1995 di Hotel int Sibayak Berastagi, Merga Silima terdiri dari Karo-Karo, Ginting, Perangin-Angin,Tarigan dan Sembiring. Sub merga dari masing-masin merga induk adalah :
A. Karo-Karo 
1. Karo-karo Barus ada di Barus Jahe
2. Karo-karo Bukit ada di Bukit dan buluh nawar.
3. Karo-karo Jung ada di Kuta Nangka, Kalang, Perbesi dan Batu karang. 4. karo-karo Gurusinga ada di Gurusinga dan Rajaberneh.
5. Karo-karo Kacaribu ada di Kuta Gerat dan Kerapat.
6. Karo-karo Ketaren ada di Raya, Ketaren, Sibolangit dan Pertampilen.
7. Karo-karo Kaban ada di Kaban dan sumbul.
8. Karo-karo Kemit ada di Kutamale.
9. Karo-karo Purba ada di Kabanjahe, Berastagi dan Laucih.
10. Karo-karo Surbakti ada di Surbakti dan Gajah.
11. karo-karo Sinukaban ada di Pernantin, Kabantua, Bt. Merih, Buluh Naman dan Lau Lingga.
12. karo-karo Sinulingga ada di Lingga dan Gunung Merlawan.
13. karo-karo sinubulan ada di Bulanjulu dan bulan jahe.
14. Karo-karo Sinuhaji ada di Aji Siempat.
15. Karo-karo Sekali ada di Seberaya.
16. Karo-karo Sinuraya ada di Bunuraya, Singgamanik dan Kandibata.
17. Karo-karo Samura ada di Samura.
18. Karo-karo Sitepu ada di Naman dan Sukanalu.

B. Ginting 
1. Ginting Ajartamabun ada di Rajamerahe
2. Ginting Babo ada di Gurubenua
3. Ginting Beras ada di Lau Petundal
4. Ginting Jadibata ada di Juhar
5. Ginting Jawak ada di Cingkes (?)
6. Ginting Gurupatih ada di Buluhnaman, Sarimunte, Naga dan Lau Kapur.
7. Ginting Garamata ( di Toba menjadi Simarmata) ada di Raja dan Tongging
8. Ginting Munte ada di Kuta Bangun, Ajinembah, Kubu, Dokan, Tongging, Munte, Raja Tengah
9. Ginting Manik ada di Tongging dan Lingga
10.Ginting Pase (enggo masap /sudah Punah)
11. Ginting Suka ada di Suka, Lingga Julu, Naman dan Berastepu
12. Ginting Sugihen ada di Sugihen, Juhar dan Kuta Gugung.
13. Ginting Sinusinga ada di Singa
14. Ginting Saragih ada di Linggajulu.
15. Ginting Capah ada di Bukit dan Kalang.
16. Ginting Tumangger ada di Kidupen dan Kemkem.

C. Perangin-Angin 
1. Perangin-angin Benjerang ada di Batu karang.
2. Perangin-angin Bangun ada di Batu Karang.
3. Perangin-angin Keliat ada di Mardingding.
4. Perangin-angin Kacinambun ada di Kacinambun.
5. Perangin-angin Laksa ada di Juhar.
6. Perangin-angin Mano ada di Pergendangen.
7. Perangin-angin Namohaji ada di Kuta Buluh.
8. Perangin-angin Pencawan ada di Perbesi.
9. Perangin-angin Perbesi ada di Seberaya.
10. Perangin-angin Penggarun ada di Susuk.
11. Perangin-angin Pinem ada di Sarintonu (Sidikalang).
12. Perangin-angin Sukatendel ada di Sukatendel.
13. Perangin-angin Sebayang ada di Perbesi, Kuala, Gunung dan Kutagerat.
14. Perangin-angin Sinurat ada di Kerenda.
15. Perangin-angin Singarimbun ada di Mardingding, Kutambaru dan Temburun.
16. Perangin-angin Tanjung ada di Penampen dan Berastepu.
17. Perangin-angin Ulunjandi ada di Juhar.
18. Perangin-angin Uwir ada di Singgamanik.

D. Tarigan 
 1. Tarigan Bondong ada di Lingga.
2. Tarigan Jampang ada di Pergendangen
3. Tarigan Gersang ada di Nagasaribu dan Berastepu.
4. Tarigan Gerneng ada di Cingkes.
5. Tarigan Gana-gana ada di Batukarang.
6. Tarigan Pekan ( cabang Tarigan Tambak) ada di Sukanalu.
7. Tarigan Purba ada di Purba.
8. Tarigan Sibero ada di Juhar, Kutaraja, Keriahen, Munte, Tanjung Beringin, Selakkar dan Lingga.
9. Tarigan Silangit ada di Gunung Meriah.
10. Tarigan Tua ada di Pergendangen.
11. Tarigan Tambak ada di Pembayaken dan Sukanalu
12. Tarigan Tegur ada di Suka
13. Tarigan Tambun ada di Rangkut Besi, Binangara dan Sinaman

E. Sembiring [1]  
I. Siman Biang
1. Sembiring Kembaren ada di Samperaya dan Urung Liang Melas.
2. Sembiring Kaloko ada di Pergendangen.
3. Sembiring Sinulaki ada di Silalahi.
4. Sembiring Sinupayung ada di Jumaraya dan Negeri.
II. Simantangken Biang 
1. Sembiring Brahmana ada di Kabanjahe, Perbesi dan Limang.
 2. Sembiring Bunuhaji ada di Sukatepu, Kutatonggal, dan Beganding.
3. Sembiring Busuk ada di Kidupen dan Lau Perimbon.
4. Sembiring Depari ada di Seberaya, Perbesi dan Munte.
5. Sembiring Gurukinayan ada di Gurukinayan.
6. Sembiring Keling ada di Juhar dan Rajatengah.
7. Sembiring Meliala ada di Sarinembah, Munte, Raja Berneh, Kidupen, Kabanjahe, Naman, Berastepu dan B. Nampe.
8. Sembiring Muham ada di Susuk dan Perbesi.
9. Sembiring Pandia ada di Seberaya, Payung dan Beganding.
10. Sembiring Pandebayang ada di Buluhnaman dan Gurusinga.
11. Sembiring Pelawi ada di Ajijahe, Perbaji, Kandibata dan Hamparan Perak.
12. Sembiring Sinukapur ada di Pertumbuken, Sidikalang(?) dan Sarintonu.
13. Sembiring Colia ada di Kubucolia dan Seberaya.
14. Sembiring Tekang ada di Kaban. Semua sub marga tunduk kepada marga induk. Marga Silima merupakan salah satu pilar dari 3 pilar pembentuk Masyarakat Karo, yakni Merga Silima Tutur Siwaluh, Rakut Si Teluras Perkade-kaden 12 + 1.
[1]Marga sembiring terdiri dari 2 kelompok yakni siman biang, kelompok ini berasal dari Negeri Pagaruyung Sumatera Bagian Tengah, dan diantara mereka tidak dibenarkan kawin dengan sub marga sembiring lainnya. Sementara Sembiring Simantangken Biang, dibenarkan kawin dengan sub marga sembiring lainnya. Kelompok ini diduga kuat berasal dari India. Menurut cerita lisan masyarakat Karo, Kelompok sembiring ini merupakan pengaruh zaman Hindu di Karo. Kelompok ini merupakan kelompok Brahman. Dahulu aturan tersebut dibuat agar garis keturunan kelompok ini tetap terjaga kemurniannya.
10 September, 2012
Sekilas  Tanah Karo: Sosial Budaya Masyarakat Karo

Sekilas Tanah Karo: Sosial Budaya Masyarakat Karo

Gunung Barus
Karokab, Artikel. Cikal bakal terbentuknya kuta atau desa di Tanah Karo, diawali dengan pembentukan Barung (reba-reba). Barung ini dihuni oleh 2-3 keluarga. Akibat pertambahan penduduk barung ini berubah status menjadi kesain. Kesain sering disebut juga sebagai kuta anak. Pemimpin kesain disebut juga sebagai pengulu yang diangkat dari bangsa taneh atau pendiri Kesain dan memiliki pemerintahan sendiri. Konfederasi dari beberapa kesain disebut dengan kuta. Seperti kesain, kuta ini memiliki pemerintahan sendiri, yang diangkat dari penduduk Bangsa Taneh. [1]

Hubungan Kekerabatan seseorang didapat dari marga yang dipakai. Marga (merga) dalam masyarakat Karo berfungsi sebagai tanda pengenal kelompok, garis keturunan dan sejarah tempat tinggal. Masyarakat Karo memiliki 5 marga yang disebut dengan "Merga Silima" , yakni Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Perangin-Angin dan Sembiring yang masing-masing memiliki sub marga sendiri. Masing-masing sub marga tunduk pada marga induknya dan tidak diperboleh kan melakukan perkawinan. Sebuah pengecualian pada sub marga tertentu pada marga induk Sembiring dan Perangin angin. 

Masyarakat Karo tunduk pada hukum Merga Silima, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan perkade-kaden sepulu dua tambah sada (12+ 1). Sistem pemerintahan diakui berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong. Pengambilan keputusan didasarkan pada Runggu (musyawarah mufakat). Kepemimpinan Penghulu (pengulu) didampingi oleh biak senina yaitu suku semarga namun berbeda sub marga,di dampingi oleh  Anak Beru dan disaksikan oleh Kalimbubu. Demikianlah kepemimpinan masyarakat Karo dilaksanakan oleh tritunggal tersebut.

Masyarakat Karo tinggal dalam rumah besar yang disebut dengan Rumah Tanduk yang terdiri dari delapan keluarga, dan biasa juga disebut sebagai Rumah Siwaluh Jabu. Disetiap kuta (desa) terdapat Jambur yang berfungsi sebagai tempat pertemuan, lumbung padi,  sarana komunikasi dan pos penjagaan.  Setiap anak muda diwajibkan tidur di Jambur. Pendatang yang tidak dikenal tidak dibenarkan tidur di rumah tanduk, namun pendatang tersebut diperbolehkan tidur di Jambur.

[1]3 Golongan masyarakat Karo.
1. Bangsa Taneh (Simantek Kuta) adalah golongan pendiri kuta/desa
2. Bangsa Rakyat (Sitandang) adalah golongan pendatang. Bangsa Rayat memiliki hak pinjam atau hak sewa atas tanah, namun tidak bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.
3. Bangsa Ginemgem adalah golongan budak, mereka adalah tawanan perang, tergadai dalam perjudian. Golongan ini tidak memiliki hak atas tanah.
Back To Top